Moral sebagai Fondasi Sosial
Moral adalah sesuatu yang berhubungan dengan tingkah laku
manusia. Moral adalah fondasi utama untuk tetap hidup di lingkungan masyarakat.
Manusia harus memperhatikan moralitasnya sebagai acuan utama dalam menghadapi
pernyataan sosial, baik maupun buruknya. Dengan moral, kita bisa menjadi
manusia yang tidak perlu khawatir dengan kondisi sosial yang terus melakukan attacking of social principle terhadap
kehidupan sehari-hari. Juga bisa membuat hidup kita tenang dan tentram dari
berbagai serangan fajar yang dilakukan lawan sosialisasi.
Banyak
orang yang mengatakan bahwa kita harus belajar untuk menjadi manusia meskipun
secara harfiyah kita memang hidup sebagai manusia. Tapi jika memang harus
seperti itu, manurut hemat saya manusia tidak perlu belajar untuk menjadi
manusia. Karena manusia pada dasarnya dilahirkan sebagai manusia yang suci,
bisa disebut naturalis. Jadi manusia hanya perlu membuka pintu ketika tamu
datang. Maksudnya, manusia hanya perlu mengeluarkan moralitas sosialnya jika
memang lawan sosialisasi datang menghadap atau berpapasan. Hal itu yang sering
dilupakan oleh sebagian kelompok sosial yang justru hal tersebut membuat
kehidupan menjadi sempurna sebagai makhluk sosial.
Sebagian
orang suka salah persepsi terhadap orang yang memang orang tersebut hanya
datang kepadanya jika dia membutuhkan sesuatu. Mereka suka berkata “ah apaan
sih, dia itu datang hanya butuhnya saja, sialan!!”. Padahal bisa saja orang
tersebut hanya butuh terhadap salah satu kelebihan yang dia tidak punya.
Misalnya, orang tersebut hanya membutuhkan rokok yang kalian punya karena dia
orang yang kurang mampu atau memang sedang tidak punya. Jangan langsung
menyimpulkan bahwa dia hanya datang kepada kalian ketika sedang butuhnya saja,
bisa saja kalian membutuhkan sesuatu yang kalian tidak punya dan justru dia
mempunyai hal tersebut. Jadi, kita harus merubah pemikiran kita terhadap alam
bahwa kita hidup di dunia ini tidak hanya tentang satu hal saja. Tetapi,
tentang banyak hal yang seyogianya kita harus saling membantu. “Dia membutuhkan
hartamu dan kamu membutuhkan tenaganya”.
Banyak
juga sebagian orang yang terkadang selalu menilai kesalahan orang lain tanpa
memikirkan kesalahan dirinya sendiri. Dia terkadang terlalu fokus untuk menilai
kehidupan seseorang daripada value
yang dia punya. “Ih tau engga si Donald pelitnya minta ampun, aku minjem uang
aja engga dikasih”. Terkadang banyak orang yang terlena dengan sikapnya yang
seperti itu. Padahal bisa saja orang yang dianggapnya pelit itu memang sedang
tidak punya uang atau sedang menabung untuk kebutuhannya, itu narasi positif.
Lalu, bisa saja memang benar-benar kikir, akan tetapi jangan sampai kalian
sebarkan aibnya. Jika seperti itu, kalian sama saja tercelanya. Ubahlah
pandangan kalian dengan menghubungkannya terhadap kitab suci Al-Quran.” Para
laki-laki dan perempuan munafik, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka
menyuruh berbuat yang mungkar dan mencegah perbuatan yang makruf dan mereka
menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan Allah, maka Allah pun melupakan
mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik”. –
(Q.S At-Taubah: 67). Banyak ayat
Al-Quran yang menjelaskan tentang kikir dan itu salah satunya. Jika tidak ada
orang kikir di dunia ini maka firman tuhan gagal, dan suatu kemustahilan firman
tuhan gagal, itu narasi negatif. Jadi wajarkan saja hal seperti, tapi kita juga
tidak lupa untuk tetap mengingatkan kepada mereka bahwa hal tersebut itu salah.
Jangan justru sama saja menjadi bagian orang-orang yang tidak disukai oleh tuhan
semesta alam.
Jadi,
ubahlah pemikiran kalian terhadap lingkungan hidup dan juga pasang moralitas
kalian agar hidup bisa menyesuaikan terhadap hukum alam. Tuhan tidak
semata-mata menciptakan akhlak terpuji dan tercela jika tidak ada yang
melakukannya, juga tidak semata-mata menciptakan mulut jiwa raga jika tidak ada
yang menggunakannya dengan baik dan tepat. Tugas kita adalah menjadikan moral
sosial sebagai fondasi utama sosial untuk menciptakan kedamaian sosial.
Comments
Post a Comment